« أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ ». رواه النسائي
Artinya: “Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda: “Telah
datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, Allah
telah mewajibkan atas kalian berpuasa di dalamnya, dibuka pintu-pintu
langit dan ditutup pintu-pintu neraka jahim serta dibelenggu
pemimpin-pemimpin setan, di dalamnya Allah mempunyai satu malam yang
lebih baik dari seribu bulan siapa yang dihalangi untuk mendapatkan
kebaikannya maka ia telah benar-benar dihalangi dari kebaikan“. Hadits riwayat An Nasai dan dishahihkan di dalam kitab Shahih At Targhib Wa At Tarhib.
Dari hadits ini, bisa diambil kesimpulan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan kabar gembira kepada kaum muslimin tentang datang suatu bulan yang penuh berkah yaitu bulan Ramadhan.
Adapun untuk meminta maaf khusus menjelang bulan Ramadhan, maka tidak didapatkan riwayat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ataupun riwayat-riwayat dari para shahabat, jadi yang lebih baik dan seharusnya, kita mencukupkan apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, karena itu yang paling baik dan paling sempurna.
Seseorang harus tidak berani untuk menganjurkan umat ini akan suatu perkara yang tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam padahal beliau shallallahu ‘alaihi wasallamsangat
mampu untuk mengerjakannya dan tidak ada penghalang untuk mengerjakan
hal itu, apa lagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendapati
bulan Ramadan selama hiduap beliau sebanyak 8/9 kali dan selama itu
tidak ada riwayat beliau menganjurkan untuk meminta maaf baik antara
sesama muslim atau orang tua atau suami istri menjelang bulan Ramadhan. Ini adalah jawaban untuk pertanyaan pertama.
Tapi perlu diingat baik-baik,
Islam mengajarkan bahwa siapapun yang mempunyai kesalahan terhadap orang
lain, pernah menyakiti atau menzhalimi orang lain, maka bersegeralah
meminta halal dan maaf dan jangan menunggu nanti penyelesaiannya di
hadapan Allah Ta’ala. Karena nanti di hadapan-Nya yang ada hanyalah;
“Terimalah ini pahala saya”, atau “Terimalah dosa orang yang pernah kamu
zhalimi”, tidak ada emas dan perak untuk menyelesaikannya!
عنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لأَحَدٍ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَىْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ ، قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُونَ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ ، إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ ، وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ » .
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda: “Siapa
yang pernah mempunyai kezhaliman terhadap seseorang, baik terhadap
kehormatannya atau apapun, maka minta halallah darinya hari ini!,
sebelum tidak ada emas dan perak, (yang ada adalah) jika dia mempunyai
amal shalih, maka akan diambil darinya sesuai dengan kezhalimannya, jika
dia tidak mempunyai kebaikan, maka akan diambilkan dosa lawannya dan
ditanggungkan kepadanya”. Hadits riwayat Bukhari.
Sedangkan untuk permasalahan meminta maaf
ketika ‘iedul fithri: mari kaum muslim untuk melihat beberapa riwayat
dan perkataan para ulama:
Imam Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah, seorang ulama hadits dan besar madzhab syafi’iyyah berkata:
وروينا في المحامليات بإسناد حسن عن جبير بن نفير قال كان أصحاب رسول الله صلى الله عليه و سلم إذا التقوا يوم العيد يقول بعضهم لبعض تقبل الله منا ومنك
“Diriwayatkan kepada kami di dalam kitab Al Muhamiliyat, dengan sanad yang hasan (baik) dari Jubair bin Nufair, beliau berkata: “Senantiasa para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika bertemu pada hari ‘ied, sebagian mereka mengatakan kepada yang lain: “Taqabbalallahu minna wa minka” (semoga Allah menerima amal ibadah dari kita dan dari anda). lihat kitab Fath Al Bari 2/446
Dan Ibnu Qudamah (seorang ahli fikih dari madzhab hanbali) rahimahullah
menukilkan dari Ibnu ‘Aqil tentang memberikan selamat pada hari ‘ied,
bahwasanya Muhammad bin Ziyad berkata: “Aku bersama Abu Umamah Al Bahili
(seorang shahabat nabi) radhiyallahu ‘anhu dan selainnya dari para shahabat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka jika pulang dari shalat ‘ied berkata kepada sebagian yang lain: “Taqabbalallahu minna wa minka”. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullahberkata:
“sanad hadits Abu Umamah adalah sanad yang baik,dan Ali bin Tsabit
berkata: “Amu telah bertanya kepada Malik bin Anas rahimahullah akan hal
ini dari semenjak 35 tahun yang lalu, beliau menjawab: “Masih saja kami
mengetahui akan hal itu dilakukan di kota Madinah”. Lihat Kitab Al
Mughni 3/294.
Dan Imam Ahmad rahimahullah: “Tidak mengapa seseorang mengatakan kepada orang lain pada hari ‘ied: “Taqabbaalallahu minna wa minka”.
Harb berkata: “Imam Ahmad rahimahullah
ditanya tentang perkataan orang-orang di hari ‘ied (‘iedul fithri atau
‘iedul adhha) “Taqabbalallahu minna wa minkum, beliau menjawab: tidak
mengapa akan hal tersebut orang-orang syam meriwayatkan dari shahabat
nabi Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu. lihat kitab Al Mughni 3/294
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah
berkata: “Adapun memulai mengucapkan selamat pada hari ‘ied adalah
bukan merupakan sunnah yang diperintahkan dan juga bukan sesuatu yang
dilarang, maka barangsiapa yang melakukannya ia mempunyai pekerjaan yang
dijadikan sebagai tauladan dan kalau ada yang meninggalkan ia juga
mempunyai orang yang dijadikan sebagai teladan. wallahu a’lam”. lihat
kitab Majmu’ Al Fatawa 24/253
Dari penjelasan di atas semoga bisa
dipahami bahwa mengkhususkan meminta maaf pada hari ‘ied bukan merupakan
pekerjaan para shahabat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
radhiyallahu ‘anhum, akan tetapi yang mereka lakukan adalah mendoakan
satu dengan yang lainnya sebagaimana penjelasan di atas dan ini yang
paling baik dilakukan oleh kaum muslimin (ini untuk jawaban kedua).
terakhir saya akan sebutkan sebuah perkataan indah dari Abdullah bin Mas’ud (seorang shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) radhiyallahu ‘anhu:
عن ابن مسعود – رضي الله عنه – قال : «مَن كانَ مُسْتَنًّا ، فَلْيَسْتَنَّ بمن قد ماتَ ، فإنَّ الحيَّ لا تُؤمَنُ عليه الفِتْنَةُ ، أولئك أصحابُ محمد – صلى الله عليه وسلم – ، كانوا أفضلَ هذه الأمة : أبرَّها قلوبًا ، وأعمقَها علمًا ، وأقلَّها تكلُّفًا ، اختارهم الله لصحبة نبيِّه ، ولإقامة دِينه ، فاعرِفوا لهم فضلَهم ، واتبعُوهم على أثرهم ، وتمسَّكوا بما استَطَعْتُم من أخلاقِهم وسيَرِهم ، فإنهم كانوا على الهُدَى المستقيم».
Artinya: ” Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Barangsiapa
yang bersuri tauladan maka hendaklah bersuri tauladan dengan orang yang
sudah meninggal, karena sesungguhnya orang yang masih hidup tidak aman
dari tertimpa fitnah atasnya, merekalah para shahabat Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka adalah orang-orang yang termulia
dari umat ini, yang paling baik hatinya, paling dalam ilmunya dan paling
sedikit untuk berbuat yang mengada-ngada, Allah telah memilih mereka
untuk bershahabat dengan nabiNya, untuk menegakkan agamaNya, maka
ketauhilah keutamaan mereka yang mereka mililki, ikutilah jalan-jalan
mereka, dan berpegang teguhlah semampu kalian akan budipekertibudi
pekerti mereka dan sepak terjang mereka, karena sesungguhnya mereka
diatas petunjuk yang lurus”.diriwayatkan dengan sanadnya oleh
Ibnu Abdil Barr di dalam Kitab Jami’ bayan Al ‘Ilmi wa Ahlih (2/97) dan
disebutkan oleh Ibnu Atsir di dalam Jami’ Al Ushul Fi Ahadits Ar Rasul
(1/292).
Dengan nama-nama Allah Yang Husna dan
sifat-sifat-Nya yang ‘Ulya, semoga Allah Azza wa Jalla memberikan
taufik-Nya kepada kita dan seluruh kaum muslim, untuk benar-benar
berpuasa karena keimanan dan mengharapkan pahala dari-Nya. Allahumma
amin. wallahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar